Hingga guru PMP saya, Ibu Mujilah, sering menyuruh saya membaca teks materi PMP dibaca di ruang kelas. Itu karena suara saya keras dan menggema.
YA suara keras menggema mungkin karena di SD saya sering disuruh jadi Komandan Upacara sekaligus juga Komandan Peleton Inti sekolah yang ketika itu diberinama Kelompok Baris Berbaris.
Suara menggema saya ini akhirnya, ketika itu lho ya, menjadi bumerang bagi saya. Saya disuruh menjadi Pembaca Acara Upacara.
Jadi, Upacara Bendera kan ada Petugas yang banyak, dari Komandan Regu, Komandan Upacara, Dirigen, Paduan Suara, Pembaca Doa, Pembaca Teks Pancasila, dan Pembaca Susunan Upacara.
Dari suara yang menggema, saya berubah menjadi gemeteran. Suara nyangkut di tenggorokan. Benar-benar "memalukan" ketika itu.
Saya sudah bilang ke Ibu Mujilah, agar jangan dijadikan petugas yang membacakan Susunan Acara Upacara Bendera, namun beliau percaya saya bisa. Saya tidak berani membantah. Namun dada berdebaran, berdegup sangat kencang. Sangat nervous tanpa dapat dikendalikan.
Lah dalahhh.... tobil anak kadal. AKhirnya terjadilah sejarah memalukan itu. Saya membacakan Susunan Upacara, dengan mikropon yang keras, namun suara saya kelihatan gemeteran tidak karu-karuan.
Ini tidak bisa saya lupakan. Sampai sekarang. 2021 - 1984. Sudah berlalu sekitar 37 tahun lamanya. Dan saya masih ingat. Dan masih bisa merasakan gemeterannya. Dan saya merasa kasihan pada diri saya yang kecil minder ketika itu.
Alhamdulillah...... memang semua berlalu. Masa duka cita sekolah di SMP masih terus membelenggu ketika itu. Saya yang dulu di SD selalu juara 1, di SMP ini maksimal Juara III, itu pun hanya di 1 kelas. Padahal masing-masing jenjang ada 5 kelas.
Saya juga heran, kok ketika itu saya selalu ambisi mau juara I. Sehingga berisiko jatuh mental karena tidak kesampaian. Juga di SMP, saya juga "marah" kepada guru Bahasa Indonesia yang "gagal" mengajarkan kepada murid khususnya saya, dalam bidang karang mengarang, tulis menulis. Ketika SD saya mendapatkan nilai SEMPURNA untuk pelajaran mengarang, namun di SMP pelajaran ini dikesampingkan dan tiap kali saya ingin ikut lomba mengarang, seakan-akan tidak ada kesempatan.