Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Progeria, Saya Tetap Bahagia untuk Mengubah Dunia

26 Februari 2021   16:16 Diperbarui: 26 Februari 2021   20:24 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski berwajah senior, tapi ini masih junior (Foto: progeriaresearch.org) 

Jangan buang waktu untuk berpikir negatif tentang dirimu. Atau orang lain. Atau dunia ini. tetaplah untuk berusaha mengubah dunia. Aktif produktif. Dan tetap bahagia.

Bagaimana jika ada di antara orang-orang yang baik dan peduli sama kita, malah menampakkan kasihan dan iba terhadap kondisi kita? Tetaplah fokus untuk terus bahagia, dan berusaha berkontribusi positif kepada dunia.

Itulah kata-kata Sam Berns, penderita progeria yang akhirnya meninggal dunia di usia 17 tahun pada 11 Januari 2014. Saya menuliskannya ini,kepada anda pembaca Kompasiana, dengan agak gemetar dan terharu karena masuk dalam aura simpati kepada Sam ini.

Kisah ini perlu dibagi, sebagai tanda kita peduli terhadap apa yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh saudara kita yang sedang menderita penyakit yang sama. Dan sekaligus kita belajar bersyukur, bahwa masih diberi kesempatan untuk melanjutkan kehidupan di dunia ini. Untuk terus berkesempatan, berbuat baik, baik, dan baik.

Kejadian Progeria juga ditemui di Aceh (Foto: tribunnews.com)
Kejadian Progeria juga ditemui di Aceh (Foto: tribunnews.com)

Kembali ke Sam, saat berusia 22 bulan, Sam Berns, didiagnosa dengan penyakit genetik langka yang gejalanya mirip dengan penuaan. Orang tua Sam sendiri adalah seorang dokter, dan dengan kehadiran Sam, semakin memacu orang tuanya untuk melakukan riset di bidang ini.

Dokter menvonisnya hanya bisa bertahan hidup hingga 13 tahun, tapi ternyata, Berns, bertahan hingga 17 tahun. Perjuangan selama 4 tahun ini, menjadi bukti kuat bahwa motivasi hidup dan dorongan untuk tetap bahagia dan produktif, adalah imunitas yang akan membantu manusia bertahan di tengah guncangan tekanan dan penyakit yang beredar di sekitar kita.

Berns meninggal ketika umurnya menginjak 17 tahun, pada Jumat, 11 Januari 2014. Usia yang masih bugar-bugarnya bagi kebanyakan manusia. Juga sedang nakal-nakalnya bagi remaja tertentu, atau bahkan kalau nakal di usia 17 tahun, ngebut, berkelahi, naik turun gunung, bahkan minggat dari rumah, adalah kenakalan yang dianggap normal oleh sebagian orang.

Namun pemuda Berns menghabiskan sisa hidupnya melawan progeria --- penyakit yang menyebabkan degenerasi otot, masalah kasdiovaskular, kehilangan lemak tubuh dan rambut. Juga hal-hal lain yang berkaitan dengan penuaan.

"Kehidupan saya sangat bahagia." Itulah deskripsi yang kerap dilontarkan oleh Berns tentang hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun