Banjarmasin boleh bersyukur dan bangga terhadap keberadaan Sahabat Bekantan Borneo, lembaga swadaya masyarakat yang sangat peduli terhadap air, tanaman bakau, lingkungan hidup, habitat bekantan, dan bekantan itu sendiri. Mereka yang ada di dalamnya, terdiri atas aktivis yang rela hati untuk menekuni, melindungi, dan menjalankan program advokasi untuk bekantan.
Apalagi, bekantan adalah binatang endemik, hanya ada di Kalimantan dan tidak ditemukan di belahan dunia lain. Lhoo.. kok saya nemu bekantan di Surabaya dan Jakarta? Lha itu di bonbin gaesss.... maksudnya endemik bukan berarti tidak bisa ditemukan di tempat lain, namun habitat asli bekantan ya hanya ada di Kalimantan.
Maka kalau tidak waspada, Malaysia dan Brunei juga bisa mengklaim sebagai "pemilik" bekantan.". Alhamdulillah sampai sekarang, aktivitas perlindungan bekantan masih merujuk kepada aktivitas di Banjarmasin, Kalimantan Selatan nan bungas.
Sementara itu, orang utan dengan Yayasan Orang utan Indonesia (YAYORIN) merujuk di organisasi yang dipimpin Prof Birute Mary Galdikas, dari Kanada namun eksis di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Dan orang utan masih bisa ditemukan di Sumatera, sehingga LSM protektor di Sumatera juga ada namanya Yayasan Orangutan Sumatera Lestari.
"Kalau bekantan, memang kami bisa mengklaim, satu-satunya lembaga yang peduli ya kami, karena kami bahu-membahu dengan semua pihak untuk memproteksi habitat orang utan di Kalimantan Selatan," ungkap Fery Lens, fotografer khusus lingkungan hutan Borneo yang jug aktivis di Sahabat Bekantan.
"Sekarang kita lagi persiapkan program Buy Back Land dan sedang membebaskan lahan riparian di sekitar kawasan mangrove rambai Center agar tidak beralih fungsi dan tetap menjadi kawasan penyangga habitat bekantan serta berpijahnya ikan serta udang galah," imbuh Fery yang juga Pendiri Stasiun Riset Bekantan yang berkembang pada varian riset lahan basah, habitat bekantan, studi bekantan, lingkungan hidup dan studi air.
Hal yang sama diungkapkan oleh Amalia Rezeki, dosen Universitas Lambung Mangkurat yang dikenal aktivis utama dalam kegiatan ini dan pendiri Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia.
"Banyak pihak sangat membantu dan mendukung aktivitas kami, sehingga kami berharap habitat bekantan dan terutama penyelamatan lingkungan hidup akan semakin kuat di Kalimantan, khususnya di Banjarmasin, "ujar Amalia Rezeki, yang pernah mendapatkan penghargaan ASEAN Youth Eco-champions Award (AYECA) 2019 yang dilaksanakan di Kamboja pada Selasa (8/10/2019) yang diamini oleh Yasmin Qamarani, Youtuber milenial dari Banjarmasin.
PROTEKSI AIR