Gadjah Mada dapat dikatakan sebagai nama yang besar. Sebesar gambaran fisik yang divisualisasikan gemuk padat bagaikan rajin nge-gym. Berbeda dengan Deputi Raja alias Patih alias Wakil Raja, yang sebenarnya juga punya peran historis dalam sejarah peradaban di Tanah Jawa. Dia adalah Mpu Narotama. Jika Gadjah Mada hidup di era Kerajaan Majapahit tahun 1334 M atau 1258 Caka. Rajanya adalah Hayam Wuruk, dan Gadjah Mada adalah seorang Panglima Perang dan Mahapatih atau Senior Deputi Raja.
Mpu Narotama, adalah Deputi Raja di Era Raja Airlangga jauh sebelum era Majapahit. Mpu adalah sebutan penghormatan, sebagaimana sebutan untuk Kyai, Almukarom, dan lain sebagainya. Mpu juga digunakan untuk sebutan kreator pembuat keris, misalnya Mpu Gandring yang kesohor sebagai pembuat Keris Gandring yang mampu merontokkan kuasa 7 turunan dalam mitologis Ken Angrok. Mpu Sendok, adalah nama yang juga dikenal sangat ternama dari Kerajaan Medang Kamulan, yang ternyata ada kaitannya dengan Mpu Narotama ini.
Menurut prasasti Pucangan, Airlangga dan Narotama berasal dari Bali. Keduanya datang ke Jawa tahun 1006 M. Jadi diduga Airlangga adalah darah biru keturunan raja di Bali, sementara Narotama adalah keluarga punggawa pengawal keluarga Airlangga yang sangat setia.
Airlangga kemudian menikah dengan sepupunya, yaitu putri Dharmawangsa Teguh. Dharmawangsa Teguh ini masih terkait dengan raja Medang Kamulan, Mpu Sendok.
Dalam kaitannya ini, Airlangga konon punya ambisi yang besar untuk menguasai tanah Jawa, sehingga berbenturan dengan kuasa politik ketika itu, Sriwijaya dari Palembang.
Nah, petaka muncul karena tiba-tiba pesta perkawinan diserang mendadak oleh Raja Wurawari dari Lwaram, sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dharmawangsa Teguh tewas dalam serangan itu. Aneksasi mendadak ini memporakporandakan Medang Kamulan, dan Airlangga dikawal Narotama berhasil meloloskan diri ke hutan pegunungan (wanagiri).
Pada tahun 1009 utusan rakyat meminta agar Airlangga membangun kembali kerajaan wangsa Isyana. Airlangga pun menjadi raja sedangkan Narotama menjabat sebagai Rakryan Kanuruhan.
Berdasarkan prasasti-prasasti diketahui gelar lengkap Narotama adalah Rakryan Kanuruhan Mpu Dharmamurti Narottama Danasura. Nama ini masih ada sampai tahun 1041 (prasasti Pucangan).
(Sebagai catatan, pada tahun 1812, Thomas Stanford Raffles Gubernur Jendera Hindia Belanda berkebangsaan Inggris, menyerahkan prasasti Pucangan ini sebagai hadiah ke atasannya, Lord Minto, di Kalkuta, India. Prasasti ini kemudian juga dikenal sebagai Colcatta Stone atau Batu Kalkuta. Nama Pucangan terdapat dalam inskripsi ini, menunjuk nama sebuah tempat yang dijadikan tanah perdikan untuk pertapaan di Desa Pucangan, lereng gunung Penanggungan (Pawitra) di Mojokerto. Jadi lebih kuno ketimbang Majapahit yang baru berdiri 10 Noveber 1293 M).
<iframe width="506" height="285" src="//www.youtube.com/embed/bknfFL-8vl0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>Pada tahun 1032 Airlangga didampingi Rakryan Kanuruhan Mpu Narottama dan Rakryan Kuningan Mpu Niti berhasil membalaskan dendam wangsa Isyana dengan mengalahkan Raja Wurawari.