Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Pedagang Kaki Lima Korea, Swedia, dan Indonesia

24 Februari 2021   19:10 Diperbarui: 24 Februari 2021   19:21 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini bukan jualan gudheg, ini kaki lima di Mokpo, Korea (Foto: dokpri)

Apa yang enak dari kaki lima? Harganya dijamin murah. Apakah kebersihannya jaminan? Tunggu dulu, karena sebagian orang begitu lapar, maka sudah lupa terhadap masalah kebersihan. Apakah bergizi? Ya semoga tetap ada jaminan gizi. Namun kaki lima berkembang di mana-mana, dan menunya tidak kalah dahsyat dengan bintang lima. Sehingga timbul slogan, rasa bintang lima harga kaki lima. Lantas, bagaimana persamaan perbedaan antara kaki lima di Korea, Swedia, dan Indonesia?

Setidaknya ada 3 hal yang saya coba kisahkan berikut ini.

(1) Rasanya. Di Indonesia rasanya dapat dikatakan sangat enak, sebagian kaki lima bahkan ada yang mantan cheff di hotel yang karena pandemi atau sepi pengunjung, mereka memutuskan untuk turun ke jalan. Rasa boleh beradu.

DI Korea, rasanya cenderung asem-asem, karena sebagian sayurannya difermentasi seperti kimchi, dan sejenisnya.

Di Swedia, kaki lima hanya muncul di musim panas, pada waktu Summer Festival, sebab keseharian adalah dingin dan berangin. Hanya di musim panas, lingkungan kondusif untuk jualan di pasar terbuka (open market).

(2) Harga. Harga di Indonesia pasti jaminan lebih murah, paling bahkan. Karena sebagian pedagang kaki lima ada yang punya prinsip "masak banyak, sebagian dijual, yang penting bisa ada juga yang dimakan". Akhirnya harga dibanting tidak karu-karuan. Harga nasi campur di dalam stasiun Gubeng Kertajaya misalnya, bisa satu porsi di kisaran 30-60an ribu. Sementara kaki lima di depan, di luar kompleks, 15 ribu sudah lengkap dengan teh panas dan kripik krupuk.

Di Swedia, selisih antara harga kaki lima dengan restaurant yang sejenis, tidak beda jauh. Sebab kaki lima yang jualan biasanya kepanjangan area duduk dari restaurant yang ada di ruko atau gedung-gedung yang disewakan untuk restaurant. Harga makanan di kisaran 30 SEK - 150 SEK untuk 1 porsi dengan kurs sekitar 1 Swedish Kroner adalah Rp. 1.600 an.


Kaki lima di Korea, harga selisih lumayan, namun juga tergantung restaurant yang seperti apa. Namun ya tetap miring, namun kebanyakan yang menjadi pembeli ya ibu-ibu atau karyawan bawah. Sedangkan tamu perjamuan pasti di restaurant standar.

(3) Kandungan nutrisi. Di Indonesia, hampir semua kaki lima tidak dapat membebaskan diri dari minyak goreng. Sehingga fatty, atau kaya dnegan lemak yang menggemukkan dan atau membuat darah kita mengental kata awam. Ya meskipun bisa dibakar dengan sport atau kombinasi makanan berserat atau pedes, namun kandungan nutrisi kaki lima di Indonesia berisiko tidak seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun