Fotografi hobi yang tidak kunjung padam. Selalu ada teknologi baru maupun objek lama namun tidak pernah mati. Seperti yang ditekuni sahabat saya, Ignatius Dwikoen Sastro. Di sela bisnis kulineri, dan juga berkreasi banyak menu termasuk Sambel Pakdhe Sastro yang viral beberapa waktu lalu, beliau terus menekuni fotografi sampai mendapatkan gambar-gambar yang langka bin menakjubkan.
"Untuk mengintai api yang sedang mengalir, alias lava panas gunung Merapi, memang kita perlu kesabaran ekstra tinggi, musuhnya adalah mengantuk dan nyamuk, "ungkap Dwikoen, yang akrab dipanggil Pakdhe Sastro.
Mempelajari cuaca sebelum naik tebing. Melihat dimensi paling tepat, sudut derajat lintang utara selatan, bujur barat bujur timur, lantas menentukan titik jitu untuk mengintai objek tembakan.
"Ya mirip dengan sniper yang sampai tertidur, lantas terjaga dengan gemeteran kedinginan, untuk menembak objek jauh yang sudah dikunci dengan peta kognitif kita, "ujarnya sambil klepas klepus merokok sigaret kesukaannya. Pakdhe ini kadang ya merokok. Kadang ya ngopi, Kadang ya sekedar ngeteh dengan nyamikan yang maknyus di Angkringan Pakdhe Koen. Sambel teri super pedes adalah andalan yang banyak dicari pelanggan.
Begitulah sekilas cerita. Hobi yang tetap perlu metodologi. Termasuk kecerdasan emosional, sabar dan tawakal menunggu objek bergerak. Seperti pagi ini. Setelah nongkrongin midnite, baru selepas subuh Kyai Gunung Merapi meleleh-leleh mengeluarkan api cair menuruni pelahan arah timur selatan, berbelok menyesuaikan tebing yang semakin miring semakin menebal dengan endapan pasir selepas lava menjadi lahar dan mendingin menjadi krikil batu dan pasir.
"Puji Tuhan, saya akan terus menginthili Merapi... sambil berdoa ya jangan sampai erupsi berlebihan, cukup meleleh-leleh biar indah dikemas dalam jepretan kamera saya, hehehe..."imbuhnya sambil memungkasi percakapan. Jarak tembak yang beliau ambil sekitar 3 - 5 kilometer, dari arah bisa di mana-mana tergantung cuaca.
"Kita bisa tembak dari 4 penjuru mata angin, asal tidak masuk angin... Hihi.., "katanya masih menambahkan dengan bercanda.
Nggih Pakdhe.... sugeng makaryo nguyak-nguyak geni yang selalu menuruni tebing Mbah Kyai Gunung Merapi. (17.02.2021/Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H