Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

LDR PJKA Lintas Benua

14 Februari 2021   05:44 Diperbarui: 14 Februari 2021   06:01 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merindukan suasana desa ketika LDR (foto: dokpri) 

Hubungan jarak jauh, tadinya saya mengira hanya menimpa orang-orang tertentu. Dengan alasan pekerjaan, atau pilihan home base yang memang menjadi kesepakatan suami istri, maka long distance relationship (LDR) pun menjadi pilihan. 

Profesi-profesi seperti hakim, jaksa, polisi, TNI, bahkan BUMN juga BUMS,  sangat berpotensi terjadi LDR karena penempatan jabatan baru belum tentu sesuai pada keperluan keluarga. 

Bahkan sempat terjadi, kolega saya berada di 4 penjuru mata angin. Suami berada di Semarang, istri ditempatkan di Kulonprogo, anak yang satu sekolah di Surabaya, anak yang satunya sekolah di Solo. Sementara, rumah hunian bersama ada di Magelang.

Lengkap sudah. Komitmen keluarga yang mampu menyelamatkan agar hubungan kekerabatan tetap dekat dan saling memahami. Dan tetap saling mencintai, menyayangi, melindungi, mengasihi. 

Orang yang melihat, ada yang simpati dan tidak mengeluarkan komentar yang menyakiti. Sebagian yang lain, kata-kata bisa menyengat dan menyakiti. Sementara, yang menyelamatkan keluarga pada akhirnya memang keyakinan penuh terhadap kasih sayang Tuhan. Konteks keagamaan, ya keimanan. Rahman dan rahim.

PJKA 

Saya pernah menjalani ini menjadi gerombolan PJKA. Pulang jumat kembali ahad. Dan akhirnya benar-benar mengaku sebagai pjka, karena memang ketika itu batalyon pjka bisa mencapai puluhan orang. 

Jumat sore, sudah menyebar di kawasan stasiun Gambir, dan lebih banyak lagi di Senen dan Rawamangun-Jatinegara. Ahad sore, semua akan bergerak simultan dari Solo, Jogja, Purwokerto, dan dari arah pantura bahkan dari Surabaya dan Semarang. 

Ini berjalan sangat lama. Kalau saya ya hanya di kisaran tahun 1997-1998an. Anggota akan menyeruak ke dalam kereta, duduk atau bahkan berbaring dengan bekal kertas koran. 

Pedagang kaki lima yang hilir mudik ketika transit di kereta, bisa melintas di atas kepala kita. Pengalaman yang menggetarkan, sekaligus membuat saya bertaburan istighfar. Situasi itu ternyata bisa saya lewati dengan selamat. Alhamdulillah.

Hubungan kekerabatan di antara batalyon pjka ini bahkan sampai salah satu anggota ada yang mantenan, kita ikut mangayubagyo, ikut datang resepsi. Bahkan, unik bin ajaib juga loh jika dibayangkan sekarang, kondektur pun ikut datang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun