"Jadi saya harus menunggu sampai kapan?"tanya saya penasaran.
"Ya sampai dia mau, "jawabnya dengan ekspresi serius. Malam merayap, Jam 10 malam. Kami hening sambil terkantuk-kantuk. Di kejauhan ada suara lirih-lirih orang tadarusan. Lampu-lampu kamar pondok satu persatu mulai padam. Hujan gerimis mulai berjatuhan. Lantas senyap. Orang mengaji sudah berhenti. Waktu menunjukkan pukul 01.30-an ketika itu. Saya malah sempat tertidur di kursi saking ngantuknya.
" Ssstttttt...... denmas, kamu dah siap untuk ketemu nggak, "tanyanya mengagetkan kantukan saya. Betul-betul sunyi dan senyap. Bahkan suara e serangga tidak terdengar. Saya agak geli dia memanggil saya dengan sebutan "denmas" itu. Mungkin sekedar menyebut. Atau dia ada maksud?
"Bagaimana bisa, ini malam senyap, bahkan tokek pun takut merayap, "ujar saya sambil mata kriyip-kriyip mengantuk. Bergetar saya ketika ingat. Mahkluk gaib itu ada terlihat,ketika kesadaran dan ketidaksadaran bertemu. ANtara tidur dan terjaga.
"Ini saya mau berkomunikasi dulu ya denmas, "katanya sambil bersiap mau pergi.
"Lho, mau ke mana.. bukankah rencana kita bertemu jin bersama di sini?" kata saya. .....
(Bersambung................) (12.02.2021/Endepe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H