Yenny Wahid, putri dari mantan presiden kita yang juga tokoh legendaris, Gus Dur, mengaku tidak mengenal siapa Abu Janda. Sebagian tokoh NU yang lain mengklaim, bahwa ada kemungkinan NU telah disusupi orang yang tidak jelas. NU sendiri sebagai sebuah organisasi keagamaan dengan nilai tradisional, selalu dapat merujuk silsilah jalur keturunan dari siapa apabila ada tokoh atau kyai yang mashur di masyarakat.
Semua bisa dirunut, dari mana berasal, dan kira-kira pemahaman beraliran atau bernuansa ke mana. Semua jelas.
Namun sosok yang sedang viral, dan sering dikesankan imaji sosial dengan seragam Banser, seakan-akan representasi NU, sedang menemui takdirnya. Abu Janda, nama yang akan dikenang sepanjang masa. Perkataan yang mengatakan bahwa agama tertentu adalah arogan, akan dicatat abadi di langitan lapis 7. Apakah Abu Janda percaya itu, atau ia sedang melawan itu?
Waktu akan berjalan. Waktu akan membuktikan.
Apakah benar Abu Janda adalah Permadi Arya? Itu juga, ternyata tidak jelas. Jadi kalau viral tagar tahan abu janda, #tahanabujanda, dengan kontra lain dengan mengatakan #savepermadiarya, maka begitulah dunia maya. Tidak jelas. Siapa berkata apa, bisakah kata cuitan dipertanggungjawabkan, atau kah cukup dijawab dengan penghapusan cuitan, perkataan minta maaf, ya wes embuh hira weruh...
Waktu yang akan membuktikan. Siapa sebenarnya itu. Itu yang mana? Hya hyang itu. Bukan ini? Ya bisa jadi ini.
Abu Janda Vs Permadi Arya, sedang menjalani takdirnya. Sama dengan kita.
Kehormatan Yang Berhak, 1994, sebagaimana kata kesohor buku Manai Sophiaan, bahwa Bung Karno tidak terlibat dalam gerakan revolusioner 1965.
Sedangkan sebelumnya, Soegiarso Soeroyo, 1988, mengatakan barang siapa menabur angin, akan menuai badai. Hukum tabur tuai. Sebab - akibat.
Dan manusia akan berkata, badai pasti berlalu, menjadi film pad atahun 1977