Hari ini, Ahad tanggal 31 Januari 2021, ormas terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama berulang tahun ke 95. Dilahirkan pada saat era kolonialisme, kepedulian pendiri NU, yakni KH Hasyim Asyhari terhadap pendidikan pesantren, dan upaya menjaga akidah akhlus sunnah wal jamaah, menjadikan organisasi ini bertahan hingga sekarang.
Di tengah gempuran banyak gerakan politik keagamaan, konsistensi NU untuk tetap istiqomah di dunia pesantren, menjadikan basis massa pun juga semakin kuat di akar rumput. Apalagi salah satu Ketua NU, pernah menduduki kursi kepresidenan, yakni KH Abdurahman Wahid, yang lebih kesohor sebagai Gus Dur.
Lantas, apa permenungan kita sebagai bentuk mangayubagyo milad NU ke 95 ini?
Saya, ingin berbagi cerita tentang ini. Saya tidak ingin ikut-ikutan mengaku sebagai orang NU, meskipun saya pernah mengaji di Payaman, dan juga di Temanggung dengan aliran tarekat yang kuat. Ya tidak berani ngaku NU, lha wong saya nyantrinya ya hanya di Pesantren Kilat..hehehe...
Mengaku-aku NU
Memang ada trend yang unik. Akhir-akhir ini, banyak orang bisa jadi senang kalau dianggap sebagai orang NU. Seperti pendapat dari sahabat, saudara tercinta saya, editor buku yang banyak menolong saya ketika di Jogja dulu. Beliau sering saya panggil sebagai Mas Nas, sepintas kayak Nasrani..hehe.. bukan, namanya Muhammad Nasrudin. Alumni S1 dan S2 di Filsafat Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan sekarang sebagai dosen di Lampung.
Berikut pandangan-pandangan beliau sekaligus sebagai mangayubagyo maulid NU ke-95.
......
Menjadi NU dan Berkhidmah NU
NU saat ini menjadi primadona. Semua ingin menjadi NU, setidaknya ingin dikenal sebagai orang yang dekat dengan NU.