Semua memasang atribut NU di sosial media. Bahkan mereka yang selama ini agak berjarak dengan NU, atau bahkan berafiliasi dengan ormas lain juga turut memasang pamflet harlah NU.
Tentu pemasangan pamflet tadi dilakukan dengan beragam motif: dari sekadar memberikan selamat, memeriahkan, ngalap berkah, menunjukkan identitas, hingga motif-motif tertentu. Semua kembali ke pribadi masing-masing.
Nah, bagi mereka yang berafiliasi dengan ormas lain, tentu sebagai warga NU kita perlu berterima kasih atas apresiasi dan sambungan silaturahminya. Mereka merasakan kehadiran NU membawa maslahat sehingga ikut Mangayubagyo.
Akan tetapi bagi mereka yang mendadak NU, ya perlu diajak diskusi.
Ada kalanya orang memasang poster NU kemudian menyatakan, "Bapak saya NU lho... Hehe". Nah, kalau ketemu orang ini, tanyakan saja: "Panjenengan masih NU atau tidak? Hehe..."
Kalau ybs mendaku masih NU, tanyakan "Apa yang Panjenengan lakukan untuk melanjutkan khidmah orang tua terhadap NU?" Setelah itu, ajak berkhidmah di NU.
Ada juga yang memasang poster NU kemudian menegaskan saya itu NU tulen. Tanyakan kepada ybs, "Panjenengan pernah ikut pengkaderan NU di banom apa?"
Kalau ybs belum pernah, ajak ybs ikut dalam kegiatan NU atau banom-banomnya. Ada banyak banom tempat berkhidmah. Ada IPPNU dan IPNU untuk usia pelajar. PMII, KMNU, MATAN untuk mahasiswa. (Banom: Badan Otonom)
Ada Ansor dan Banser untuk mas-mas pemuda. Ada Fatayat untuk Mbak-mbak pemudi. Ada ISNU untuk sarjana. Ada PERGUNU untuk para guru. Ada SARBUMUSI untuk kaum buruh. Ada PAGARNUSA untuk yang hobi olahraga silat.
Ada JQHNU untuk yang suka mengkaji al-Quran. Ada Muslimat NU untuk ibu-ibu. Ada JATMAN untuk pengamal tarekat. Ada SN NU untuk nelayan. Ada ISHARI untuk pecinta seni Islam.