Mohon tunggu...
Nugroho Endepe
Nugroho Endepe Mohon Tunggu... Konsultan - Edukasi literasi tanpa henti. Semoga Allah meridhoi. Bacalah. Tulislah.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Katakanlah “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?” (67:30) Tulisan boleh dikutip dengan sitasi (mencantumkan sumbernya). 1) Psikologi 2) Hukum 3) Manajemen 4) Sosial Humaniora 5) Liputan Bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melahirkan Malah Dibayar 150 Juta

28 Januari 2021   06:05 Diperbarui: 28 Januari 2021   07:07 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudut kota di Norway saat summer (Foto: VR)

Pemahaman work life balance, sebagian menterjemahkan secara personal. Artinya bahwa keseimbangan hidup dan kualitas di dalamnya. Dikaji berdasarkan bagaimana seseorang membelanjakan waktunya dalam keseharian. Apakah ia terlalu berorientasi kepada pekerjaan, dan melupakan kehidupan pribadi atau keluarga? Atau ia sudah menerapkan keseimbangan di dalamnya?

Mencari worklife balance, bagaimana perspektif komunal dibanding personal, ini hanya opini saya. 

Seimbang secara personal, bisa jadi kalau ditanya ke para eksekutif baik BUMN maupun swasta, akan mengatakan, "Kami baik-baik saja, saya seimbang dan saya bahagia". 

Namun lihatlah, sebagian dari mereka dijerat kasus menistakan secara kemanusiaan misalnya kasus korupsi atau penyelundupan barang padahal tanpa menyelundupkan saja penghasilannya jauh dari kurang, sangat besar, sebagian lagi harus berpulang karena kondisi fisik ngedrop terlalu over loaded dalam bekerja, sehingga imunitas turun, lantas virus masuk, dan lain sebagainya. 

Work life balance didapatkan selain personal, juga komunal. Artinya kualitas hidup bisa diperoleh jika negara juga menjamin keseimbangan itu. Apakah Indonesia sudah mencapainya? Ya sudah kita katakan sudah saja, karena yok opo yok opo pemerintah sudah berusaha maksimal untuk kesejahteraan rakyatnya. 

Dan saya ingin berbagi tulisan ini sebagai compare and contrast, benchmarking, ehhh... siapa tahu ada yang bisa kita tiru ilai positifnya. Baik untuk tingkatan personal, maupun komunal. Nah, saya akan kembali berkomunikasi dengan mentor saya tercinta, Pak Vincent yang berada di Norwegia bersama keluarga terkasih. Beberapa aitem disampaikan supaya ada gambaran kongkret, bagaimana work life balance dalam perspektif komunal ternyata mampu mensejahterakan rakyatnya. 

BIAYA MAKAN MURAH 

Pernah kita hitung berapa galon dalam keluarga selama sebulan? Negara kita ada ironisnya, kaya sumber air, namun air minum diperjualbelikan, tepatnya "terpaksa" membeli. Seperti saya yang hidup di Gresik, air tanah dan pdam yang kandungan kapurnya tinggi, menyebabkan saya harus pakai aqua galonan untuk masak minum dan membuat kopi. Air tanah hanya digunakan untuk mandi cuci dan sejenisnya. Sampai mesin cuci pun bisa tersumbat karena berkerak kelamaan dipakai.

Di Norwegia, minum langsung dari kran. Ini juga saya alami ketika di Swedia, bahkan di taman terbuka, di sekolah, semua menyediakan kran air minum gratis. Di negara kita sebagian bandara sudah menyediakan, dan ini sebenarnya perlu diperluas ke semua penjuru tanah air. 

Bagaimana dengan biaya hidup? Seringkah Pak Vincent di Norway jajan makan di warung kayak kita di tanah air? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun