Siapa mengira film hiburan dibuat berdasar riset serius? Sebagian mahasiswa, bahkan bisa jadi sebagian dosen, menganggap penelitian sebagai beban. Beban dalam menyeleseikan skripsi, thesis, disertasi, sampai penjurnalan. Segala sesuatu yang berbau penelitian, terbayangkan rumit dan penuh dengan angka statistik yang menyilaukan. Tidak jarang, setelah selesei skripsi thesis disertasi, metode penelitian lantas dilupakan padahal itu adalah alat untuk melihat banyak problem di masyarakat berdasarkan konstruk teoritis yang pernah ada. Dan bisa dikembangkan.
"Padahal banyak produk-produk komersial, dunia bisnis dan organisasi, melaksanakan pengembangan pemasaran dan teknologi melalui riset tanpa henti, "ungkap Dr. Fajrianthi, M.Psi., Psikolog, pakar metodologi penelitian dari Psikologi Universitas Airlangga dalam kesempatan memberikan pembekalan di STIAMAK Barunawati Surabaya (27/1). Lebih lanjut alumnus Unair sekaligus Universitas Indonesia ini menyatakan, bahwa drama Korea yang menyedot penggemar dari usia remaja, anak-anak, hingga ibu ibu maupun sebagian bapak-bapak, dibuat berdasarkan hasil riset.
Dihadiri tidak kurang dari 151 orang dengan latar belakang dosen, mahasiswa, eksekutif BUMN, dan publik webinar yang membahas metode penelitian Kuantitatif itu serasa menjadi sangat menarik dan menimbulkan antusiasme untuk bertanya.
"Drama Korea atau drakor, didukung dengan peta selera penonton mulai dari value hidup, problem yang biasa muncul di masyarakat, cara solusi yang dianggap tepat oleh sebagian besar publik, sampai cara berdandan yang dianggap modis, " imbuh Bu Yanti, demikian beliau akrab dipanggil, menjelaskan panjang lebar relevansi riset dengan dunia nyata di keseharian.
Bahkan, demikian Ibu Yanti berkisah, salah satu contoh aplikasi penggunaan riset dalam menyelesaikan masalah praktis adalah saat Nestle mengalami resistensi kala pertama kali memasarkan produk kopi di Jepang sekitar tahun 1970. Orang Jepang merupakan individu yang sangat akrab dengan teh, sehingga mengonsumsi kopi bukanlah pilihan. Untuk memahami masalah tersebut, Nestle melakukan riset, dengan melibatkan ahli psikoanalisa. Berbagai metode dalam psikoanalisis dilakukan untuk memahami alam bawah sadar warga Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada kenangan masa kecil yang terkait dengan kopi pada masyarakat Jepang.
Masyarakat Jepang saat itu mayoritas tidak pernah mengonsumsi kopi sehingga mereka tidak memiliki kenangan dan kelekatan emosi dengan kopi. Berdasarkan hasil riset ini, Nestle membuat strategi pemasaran jangka panjang yang sukses hingga saat ini. Melalui proses pemasaran produk lain yang beraroma kopi secara perlahan kopi terekam dalam memori dan memiliki kelekatan emosi pada masyarakat Jepang.
Melalui proses edukasi, iklan yang membawa khayalan nikmatnya minum kopi, pada akhirnya warga pun mengenal kopi dan mulai akrab hingga mau membeli produk kopi. Ini adalah pasar yang dikreasi melalui riset, dan berdampak luas terhadap pengembangan bisnis serta penetrasi pasar.
Kuantitatif VS Kualitatif
Lantas bagaimana metode kuantitatif dapat dikembangkan di saat ada juga metode penelitian lain yakni kualitatif?