Apakah gunanya bersahabat? Mempertemukan banyak perbedaan, saling memahami - bukan berarti saling membenarkan, namun tetap mengembangkan toleransi yang produktif. Toxic relationship sebagian menganggap hanya ada dalam komunikasi dan relasi rumah tangga.
Namun menurut saya, toxic relationship bisa terjadi dalam banyak ragam. Bisa lintas negara. Bisa antar warga negara. Bisa warga negara dan negara.
Kejadian Petamburan adalah bagian dari contoh adanya toxic relationship. Entah bagaimana, situasi cenderung chaos, dan memantik para pihak untuk saling bertikai. Dan yang paling serius, itu melibatkan institusi negara, sehingga pada realitanya, pihak yang dituduh sebagai pemicu, memang sebaiknya diam saja karena memang berperan sebagai stimulus atas respon para pihak. Apalagi risikonya banyak, selain pelanggaran protokol Covid19, ujaran kebencian, ancaman nasional, sampai memancing semua pihak untuk turut berkomentar.
link berita Petamburan bagi yang belum terkoneksi silakan :
Biarlah negara mengurusnya dengan sebaik-baiknya.
***
Mari kita berkisah tentang persahabatan. Saya tertarik untuk berkisah bagaimana pertukaran pelajar, ternyata juga bermanfaat untuk membuka cakrawala berpikir. Meningkatkan toleransi. Dan melembutkan hati.
Adalah SMAN 3 Padmanaba Yogyakarta yang brillian menggagas ide ini. Bukan ide yang sama sekali baru, namun menjadi hebat ketika kontinyu dilaksanakan dengan partisipan yang sifatnya voluntary. Biaya juga mandiri, tidak dibebankan kepada APBN, atau subsidi lainnya. Benar-benar mandiri.
Setelah Covid19, memang belum diaktivasi lagi. Covid19 yang heboh sejak Maret 2020, memang masih belum reda hingga kini. Jadi, kisah ini sekedar berbagi, bagaimana sebuah program bisa dilakukan dengan multifungsi; pembelajaran akademik, dan non akademik. Kisahnya sendiri ada sebelum covid 19 beredar. Semoga era covid segera berakhir, sehingga program begini akan aktif lagi.