Polanya sebagai berikut. Keluarga yang berminat, saling berkoordinasi dengan pengurus yang mampu membantu proses visa, mendesain program, dan lain sebagainya. Biaya yang perlu disiapkan tentu saja tiket pesawat pp, dan akomodasi selama di negara tujuan. Karena ini adalah pertukaran pelajar, maka ada host family, di mana pelajar yang datang akan ditampung oleh keluarga di negara tujuan, selama di sana.
Demikian sebaliknya. Nantinya pelajar dari negara tujuan, dalam hal ini Belanda, juga akan ditampung oleh orang tua peserta pertukaran pelajar, di Indonesia. Tidak bersamaan, namun disesuaikan dengan jadwal hasil komitmen bersama lintas negara.
Jadi biaya bisa ditekan, karena saling subsidi antar orang tua. Misalnya saya punya anak didik program dari Belanda, maka selama di Indonesia anak tersebut menginap di rumah saya. Problemnya, biasanya menu makanan agak sulit, karena menu kita full nasi ya.. Hehehe... sudah kita sediakan roti atau sandwhich, namun rasanya mungkin beda, sehingga agak kasihan anaknya susah makan.
Anak saya yang selanjutnya juga ke Belanda, yang susah adalah berhadapan dengan menu tanpa nasi. Yaa.. terbalik ya... Meski sudah berlatih manu Belanda, mereka tetap bercerita kalau kangen nasi setiap hari. BAgi muslim, tetap ada waktu shalat yang menyesuaikan dengan local time. Program dilaksanakan di musim panas, sehingga situasi tidak terlalu dingin.
Anak Belanda yang ke Indonesia, pasti dikenalkan dengan banyak objek wisata seperti candi, keraton, pantai, sampai alun-alun selatan yang bagi kami sih bagus ya.. naik odong-odong di malam hari. Kelihatannya sih mereka senang, meskipun kelihatannya mereka lebih senang ketika melihat candi.
Anak Indonesia yang ke Belanda, diajak ke banyak institusi pendidikan termasuk objek wisata. Juga berkunjung ke banyak negara antara lain Belgia, Perancis, Jerman, Spanyol. Ada juga yang rutenya ke Roma, Italia. Tergantung pilihan paket di awal program.
Dan anak-anak itu bisa saling menemani. Sebab, di tahun pertama misalnya anak saya yang ke Belanda. Tahun ke dua, gantian anak Belanda tempat anak saya menginap, gantian ke Indonesia. Jadi Host Family saling mengenal. Bahkan saya masih up date dengan mereka melalui whatsap.
***
Melembutkan hati. Sebagian anak-anak Belanda ada yang mengira, Indonesia masih terbelakang. Dengan berkunjung dalam program ini, meraka kagum dengan kebaikan keramahan anak-anak Indonesia. Meskipun, bahasa Inggrisnya ya ya ya ... ada yang bagus banget, ada yang penting bisa komunikasi. Kalau anak-anak Belanda, sepertinya bahasa Inggris lebih lancar. Mungkin karena terbiasa sebagai second language. Kalau kita second language nya kan Bahasa Indonesia, sebab bahasa pertamanya bahasa daerah.