Hari ini tanggal 18 November 2020 saya semakin senang bersepeda. Selain target 280 kilo meter, yang dilaksanakan bertahap, boleh di mana saja, lantas diupload di strava, juga karena kok rasanya senang ya bisa bergiat-giat bersepeda.
Sayang sekali, rupanya begal sepeda mulai merambah Surabaya. Jika di Jakarta juga mulai rame, ini baru saja seorang profesor di ITS Surabaya dibegal ketika sedang berhenti menjawab WA mahasiswanya, selama bersepeda di kawasan Kenjeran, Surabaya. Saya bantu publikasikan lewat kompasiana ini untuk mengejar begalnya. Jika kita manusia tidak bisa mengejarnya, biar malaikat-malaikat akan diturunkan Tuhan untuk mengejar begal jahat tersebut.
Pelakunya 2 orang laki-laki, naik sepeda motor, merebut tas profesor tersebut.
Namanya juga belum ada standar prosedur aman gowes, maka tas berisi ktp, atm, kartu kredit, terampas oleh sang begal. Profesor pun sibuk memblokir semua nomor, yang agak berat juga mengingat karena tidak semua kartu kredit dan atm langsung ketemu dokumen cadangannya.
Maka saya jadi berpikir. Perlukah pesepeda alias goweser, dalam situasi tertentu, diijinkan membawa pistol sehingga aman dari risiko dibegal? Sebab, jika goweser berkelompok, pada jam tertentu, biasanya sih aman-aman saja. Namun jika goweser sendirian, karena waktu yang terbatas, sehingga bisanya sendiri saja, maka risiko dibegal sangat tinggi. Jika membawa pistol, setidaknya bisa menggertak calon begal untuk tidak mengganggu.
ini berita dari sahabat saya tentang profesor tadi : "Sdh ke rumah prof udi, ktm anaknya aja (cakep euy), prof udi kondisi tdk terluka, sdg memblokir kartu2 bank, pake ktp sementara , dll. Jd ceritanya lg sepedaan, di depan atlantis kenjeran berhenti sebentar mbales wa mhs nya. Lha terus disikat sepeda dan tas nya oleh 2 org bersepeda motor. Bulan sebelumnya ada cewe lari pagi juga dijambret. Mhn berhati2 kawan2 jk sdg olga. Dmk update sore ini...."
Nah, dah merasuk ke mana-mana. Jogging dijambret, Gowes dibegal. Mungkin polisi atau bahkan tentara ya..perlu patroli rutin berkeliling naik sepeda, atau ikut nyamar jogging, sehingga bisa mengamankan lingkungan.
Kita jadi heran kan... karena di balik gegap gempitanya olah raga gowes dan jogging, tumbuh sebagian rakyat yang tertarik untuk menjadi begal, dan jambret.