Di Indonesia, pola asuh dalam keluarga dapat dikatakan 80% didominasi oleh Ibu. Tugas-tugas domestik terkait pengasuhan anak, biasanya diserahkan kepada sosok ibu.
Tidak heran, keibuan akan lebih dominan dibandingkan dengan keayahan.
Namun kondisi bisa berbeda jika kita mencoba melihat di sisi benua Eropa. Khususnya di Swedia, sosok ayah lebih aktif. Dengan demikian, pada saat kita diskusi mengenai ayah dan anak perempuan, cara pandang keluarga dalam memandang siapa yang paling bertanggung jawab di pengasuhan, akan mempengaruhi pola hubungan ayah dan anak perempuan.
Swedia bahkan memberikan cuti khusus bagi para ayah, tidak hanya cuti hamil untuk ibu.Cuti ayah tersebut dapat diambil bergantian dengan istrinya, untuk pengasuhan anak pada saat anak dalam keluarga lahir.
Di belahan Amerika Utara yang tidak kalah dingin,Kanada,ternyata juga menerapkan cuti khusus ayah. Ditujukan untuk lebih mendekatkan keayahan di keluarga, sehingga akan mendukung keibuan dalam peran domestik. Anak semakin kenyang dengan perhatian ayah, dan ibu.
Dengan demikian, bisa saja dalam mengasuh anak, akumulasi cuti bergantian dengan istri - jika sama-sama bekerja-, sehingga anak mendapatkan porsi perhatian dan pengasuhan yang memadai.Bandingkan dengan di negara kita yang lebih sering menitipkan anak ke TPA (Tempat Penitipan Anak), ketika ayah ibunya sedang sibuk bekerja.
"Saya heran, mengapa dia itu sebagai ayah kok bisa lembut kepada anak-anaknya. Ayah saya dulu keras dan kasar, "keluh seorang ibu muda di sekitar bulan Oktober 2020 berkomentar terhadap sosok-sosok ayah di sekitarnya.
Selidik punya selidik, ayah si ibu muda yang sekarang sudah almarhum tersebut, adalah seorang militer yang bisa jadi tidak terlatih untuk lembut dan halus. Beberapa hal yang mempengaruhi kedekatan ayah dan anak, khususnya anak perempuan, adalah sebagai berikut;