Jika layanan online hanya menggantungkan data yang dientry oleh petugas lapangan dari mitra, proses verifikasi tetap diperlukan sehingga kesesuaian data antara dokumen dengan lapangan akan semakin baik.
Kedua, kesadaran untuk objektif terhadap data masih perlu untuk secara terus menerus diupayakan. Sebagai contoh, komponen pentarifan untuk komoditas peti kemas sudah berjalan lama objektif dan sangat baik. Namun untuk barang curah dan kargo umum (general cargo), kiranya perlu untuk selalu ditingkatkan proses kroscek data barang. Jika data barang dientry seketika by online, sementara dokumen fisik belum teruji validitasnya, maka ini menjadi tantangan nyata karena risiko terjadi selisih antara data entry on line dengan data lapangan.
Ketiga, system online menuju upaya realisasi konsep smart port memang masih memerlukan cek dan kroscek. Pada satu sisi layanan online diyakini akan mengurangi perjumpaan fisik orang, yang berpotensi adanya konflik kepentingan. Namun data entry pada layanan online, masih memerlukan verifikasi, yang bila diterapkan formula 24/7, atau 24 jam 7 hari kerja selama seminggu non stop, maka dapat dibayangkan jika data dientry jam 2300 layanan diminta jam 0200 sementara data yang dientry masih harus proses verifikasi.
Alternatif Solusi
Layanan online sebagai bagian dari evolusi layanan operasional menuju smart port, memang masih membutuhkan dukungan semua pihak. Sebagai alternative solusi dapat dilakukan sebagai berikut;
Pertama, semua pekerja ditingkatkan kejujuran dalam melakukan data entry, sekaligus juga mengurangi risiko fatigue (kelelahan fisik). Data tidak akurat bisa saja bukan disebabkan petugas entry tidak jujur, melainkan karena fisik yang kelelahan. Data yang tidak akurat ini berpotensi mengurangi PAD (pendapatan asli daerah), bila data terkait dengan tarif berbasis pada PERDA. Jika skala nasional, berisiko terhadap pengurangan pajak yang mengakibatkan pendapatan negara berkurang.
Kedua, data lintas instansi pada periode tertentu kemungkinan masih memerlukan proses kroscek Bersama sebelum tutup buku periode kinerja tertentu. Misalnya kinerja mingguan, bulanan, triwulan, semester, dan setahun. Ini untuk mengurangi risiko adanya gap data antara data administrasi dengan data lapangan. Termasuk, risiko selisih antar dokumen.
Ketiga, mengedukasi semua elemen masyarakat terhadap arti penting kejujuran dan disiplin berkontribusi kepada negeri. Slogan manis mungkin sering kita dengar.
Namun pragmatisme di lapangan masih dapat kita jumpai, di mana keberpihakan kita terhadap teman ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan komitmen kita terhadap pembangunan negeri. Seharusnya, teman ya teman namun kepentingan negara tetap menjadi prioritas utama.
Menuju konsepsi smart port, layanan online adalah tahapan yang sangat baik untuk menuju kecepatan layanan, efisiensi, dan produktivitas. Namun kita masih perlu untuk meningkatkan upaya upaya sehingga akurasi data, kecepatan layanan, dan standar kinerja dapat dicapai.
Pelabuhan Banjarmasin adalah bagian dari mata rantai logistic nasional. Para pemangku kepentingan perlu untuk secara bersama-sama meningkatkan disiplin diri dalam era digitalisasi kepalabuhanan dewasa ini.