Masyarakat maya sebagai revolusi terhadap sebuah perubahan masyarakat nyata, manusia tak pernah puas hidup dalam dunia yang terbatas dan dalam ruang yang sempit. Sosial media bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan primer bagi Generasi Milenial dan Z saat ini, akses interaksi dan sumber informasi yang ada di dalamnya muncul atas realitas sosial.Â
Fenomena tren fashion yang berkembang di sosial media misalnya, juga berpengaruh pada motif seseorang untuk belanja online. E-commerce lagi-lagi tak mau melewatkan kesempatan ini, melalui gandengan dengan pihak terkait dalam hal ini adalah perusahaan, produsen, hingga influencer, pasar yang telah dibangun membawa masyarakat pada pengaruh dari informasi apa yang ia konsumsi. Sehingga, jelaslah fenomena belanja online saat ini bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan, namun sudah menjadi gaya hidup dan budaya yang mungkin atas motif tren tertentu atau sekedar "iseng" saja.
Motif-motif diatas memberikan pertanyaan kepada kita, apakah kita telah terpengaruh atas peran media dan lingkungan sekitar dalam menciptakan realitas ? Seperti pada teori tindakan yang beralasan, dikatakan sebagai perluasan cakupan dari teori nilai ekspektasi dengan menambahkan faktor intensi. Secara spesifik, intensi dari perilaku tertentu ditentukan oleh sikap seseorang terhadap perilaku dan kumpulan keyakinan tentang bagaimana orang lain ingin kita berperilaku.Â
Contohnya, apakah kita akan memilih belanja online sesuai kebutuhan atau akan belanja online sesuai keinginan yang tidak begitu penting untuk dibeli? Jawaban ini bergantung pada sikap kita terhadap kebutuhan dan apa yang orang lain pikirkan, seperti teman, tentang yang seharusnya anda putuskan. Setiap faktor-sikap kita dan opini orang lain diberi bobot menurut kepentingannya. Terkadang, sikap kita adalah penting. Namun terkadang, opini orang lain adalah yang terpenting.Â
Menurut teori tindakan yang beralasan, intensi kita terhadap teman dapat diprediksi dengan melihat sikap kita terhadap perilaku dan sikap teman kita terhadapnya. Rumus ini memprediksikan intensi dari perilaku kita, tetapi tidak secara utuh memperkirakan perilaku sebenarnya. Ini karena kita tidak selalu berperilaku berdasarkan intensi orang lain.Â
Misalnya, belanja online yang barangnya tidak begitu penting atau dibutuhkan saat ini, namun ia tetap memilih untuk belanja barang tersebut karena adanya ketergantungan atau pengaruh yang membuat ia beli, seperti aksesoris komputer atau gawai dimana barang tersebut sudah menjadi barang yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya, atau harga produk yang ditawarkan murah sehingga ia menganggap kesempatan ini adalah langka dan tidak boleh dilewatkan.
Motif-motif tersebut tentu menimbulkan dampak yang sangat terlihat bagi masyarakat yang hidup di era digital saat ini. Perilaku konsumtif adalah salah satu dampak yang sangat berpengaruh pada budaya masyarakat saat ini, percepatan igitalisasi dan perputaran ekonomi yang semakin luas, fenomena seperti ini mungkin adalah proses sebab akibat yang kita konstruksi dalam kehidupan sosial. Masyarakat digital yang bergantung akan teknologi dan haus informasi adalah sebagian wujud perubahan sosial yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.
REFERENSI
Bungin, B. M. (2006). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss.2009. Teori Komunikasi, edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika
Dedy Ansari Harahap. Dita Amanah (2018) Perilaku Belanja Online di Indonesia: Studi Kasus. http://journal.unj.ac.id