Hubungan Indonesia-Singapura akhir-akhir ini sempat memanas gara-gara pemakaian nama Usman-Harun untuk nama kapal perang Indonesia. Menurut versi Indonesia, Usaman-Harun yang ditembak mati di Sinapura adalah pahlawan nasional. Tetapi menurut Singapura, mereka berdua adalah teroris. Sebenarnya ini hal yang wajar dan agak lucu bagi saya kalau Singapura melakukan protes sebab pahlawan untuk satu negara memang adalah musuh dari negara lain.
Namun sebenarnya jika Singapura menggertak dan mengancam Indonesia maka hal tersebut perlu dipikirkan masak-masak oleh Singapura sebab dalam bidang ekonomi Singapura masih tergantung pada Indonesia.
Ada 4 (empat) ketergantungan Singapura pada Indonesia. Pertama, Singapura mendatangkan (mengimpor) pasir yang cukup besar dari Indonesia. Pasir tersebut digunakan untuk reklamasi pantai sehingga luas daratan Singapura bertambah dari 596 Km persegi di tahun 1975 menjadi 714 Km persegi di tahun 2010. Hal tersebut melanggar perjanjian batas wilayah Indonesia-Singapura yang ditandatangani tahun 1973 sejauh 12 Km. Kedua, Singapura juga banyak tergantung dari TKI asal Indonesia. Ketiga, Singapura juga tergantung dari pasokan gas lewat pipa dari Indonesia. Ada 790 mmsfd gas mengalir dari Indonesia ke Singapura setiap harinya. Dan Keempat, perekonomian Singapura juga tergantung dari wisatawan asal Indonesia. Tahun 2012 saja ada sekitar 2,1 juta wisatawan Indonesia ke Sinpaura dengan nilai belanja sekitar 2,3 miliar dolar Singapura.
Jadi pemerintah Singapura perlu berpikir ulang untuk menggertak Indonesia. Jika Indonesia memutuskan hubungan ekonomi maka matilah ekonomi Singapura. Dan kematian ekonomi bisa mematikan pemerintahan Singapura yang sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H