menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang sensitif. Pertanyaan-pertanyaan sensitif tersebut bisa meyinggung perasaan kita. Banyak contohnya. Seorang yang masih lajang tentu akan tersinggung ketika ditanyakan kepadanya pertanyaan sensitif: Kapan nikah? Pasaangan yang sudah menikah lama akan tidak nyaman ketika ditanya: kapan punya anak? Atau seseorang yang sudah lama kuliah dan belum lulus juga menghadapi pertanyaan: kapan lulus? Dan masih banayak lagi contoh yang lain. Jika tidak pandai-pandai menghadapi pertanyaan-pertanyaan tersebut maka kita akan sakit hati yang berkelanjutan yang bisa berujung sakit mental maupun fisik serta mungkin juga seterusnya kita akan segan untuk kumpul-kumpul lagi di masa liburan yang akan datang.
Saat liburan seperti liburan Natal dan Tahun Baru dimana kita berkumpul dan bertemu dengan banyak orang , sering kitaAda beberapa tips untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan sensitif seperti itu.
Pertama, jangan dimasukkan di hati pertanyaan-pertanyaan tersebut. Anggap itu sebagai pertanyaan basa-basi belaka dan tidak memerlukan jawaban serius.
Kedua, bisa juga pertanyaan itu dibelokkan ke hal-hal lain yang tidak sensitif. Misalnya soal hobi atau hal-hal ringan lain yang membuat kita nyaman.
Ketiga, dikembalikan ke yang bertanya. Misal ketika ditanya soal jodoh oleh nenek. Maka kita bisa balik bertanya nostalgia dulu nenek ketemu kakek sehingga lalu nenek akan lupa pertanyaannya dan malah bercerita soal nostalgianya ketemu kakek.
Keempat justru meminta doa dan dukungan. Misalnya ketika kita ditanya sudah punya pekerjaan atau belum maka bisa kita jawab: mohon doa dan dukungannya saja supaya dalam waktu dekat bisa mendapatkan pekerjaan
Kelima, mengungkapkan secara terus teraang ketidaksukaan kita akan pertanyaan tersebut. Cara lain jika seseorang bertanya hal yang sangat sensitif dan kita kurang nyaman maka kita bisa mengatakan secara sopan bahwa kita tidak berkenan dengan pertanyaan tersebut. Maka jika yang bertanya adalah manusia normal ia akan menghentikan pertanyaannya tanpa mengharapkan jawaban kita.
Keenam, kita bisa juga menjawab apa adanya terhadap pertanyaan yang diajukan. Kejujuran bukanlah sesuatu yang memalukan. Orang yang bertanya juga tidak akan merendahkan kita atas jawaban jujur kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H