anak yang tidak menghargai makanan. Salah satu contohnya ia tidak menghabiskan makanannya ketika makan di rumah atau di restoran. Adakalanya juga si anak tak mau makan sama sekali makanan yang disediakan ibu di rumah. Sikap seperti itu tentu tak baik.
Orangtua sering menghadapiAda beberapa tips agar anak menghargai makanan
Pertama, ceritakan pada si anak bagaimana orangtua harus bekerja keras membanting tulang agar memperoleh pendapatan untuk membeli makanan. Tujuannya agar anak tahu dan memahami bahwa makanan yang disediakan atau dibeli harus didapatkan dengan cara tidak mudah sehingga ia menghargainya.
Kedua, jelaskan cara mengolah makanan agar siap saji dan dimakan. Misalnya jika nasi maka ceritakan bagiamana petani harus bekerja keras mencangkul lahan dan menanam padi, merawatnya hingga siap memanennya.
Demikian juga susu yang siap diminum adalah hasil kerja keras peternak sapi dan juga para karyawan pabrik susu. Tujuan dari hal ini adalah memberi pengertian pada anak bahwa menghargai makanan sama dengan menghargai mereka yang mengolah dan menyiapkannya.
Ketiga, jelaskan bahwa alangkah beruntungnya anak dan orangtua bisa makan yang layak sebab banyak yang tidak seberuntung mereka bisa makan. Tunjukkan tayangan di media tentang orang-orang yang kelaparan.
Keempat, jelaskan manfaat makanan yang disediakan. Manfaat itu misalnya: menjaga kesehatan, mengobati penyakit, atau membuat tubuh jadi kuat, membuat otak jadi baik untuk berpikir, dan manfaat lainnya.
Kelima, ajari anak mengambil makanan sedikit demi sedikit. Jika masih kurang maka boleh mengambil lagi. Hal ini untuk mencegah agar anak tidak menyisakan makanan sehingga nantinya mubasir.
Keenam, Â ajari anak sekali-kali berbagi makanan bagi mereka yang mebutuhkan. Tujuannya bahwa sebenarnya banyak orang yang mendapatkan makanan dengan susah payah termasuk menggantungkan diri pada kemurahan orang lain untuk mendapatkannya.
Ketujuh,  ceritakan betapa sederhananya menu makanan yang disantap orangtua dulu. Untuk makan te;ur saja, misalnya satu telur harus dibagi empat dengan sesama saudara. Beda dengan anak sekarang yang bisa makan telur utuh tiga kali sehari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H