Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Horor

Arwah Penyair yang Baik Hati

13 Agustus 2023   00:10 Diperbarui: 13 Agustus 2023   00:11 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Darto adalah seorang sastrawan. Ia mempunyai spesialisasi menulis puisi. Dari puisi yang ditulisnya yang kemudian dikirim ke berbagai surat kabar dan majalah yang kemudian mendapat honor Darto menghidupi diri dan keluarganya. Darto mempunyai seorang istri dan seorang anak laki-laki yang masih balita.

Pada suatu hari anak Darto sakit yang agak serius. Anaknya harus diopname di sebuah rumah sakit. Anaknya ternyata harus dirawat di rumah sakit. Saat dirawat selama tiga hari, Darto masih bisa menanggungnya dengan mengambil tabungan dari hasil puisi-puisi yang telah dimuat dan mendapatkan honor. Namun ternyata anaknya harus dirawat lebih lama, kira-kira seminggu lamanya.

Karena tabungannya sudah habis maka Darto bingung harus mencari tambahan biaya opname anaknya dari mana. Darto lalu berusaha menulis puisi sebanyak-banyaknya untuk dikirim ke redaksi sastra beberapa surat kabar dan majalah. 

Tetapi ketika menghadapi laptop tuanya untuk menulis, Darto mengalami kebuntuan untuk menulis. Tak satupun puisi yang berhasil diselesaikannya. Dalam kelelahan pikiran dan badan, Darto tertidur di meja di samping laptop tuanya.

Darto tertidur cukup lelap sehingga ia baru terbangun siang hari berikutnya. Dia kaget dan berniat menyelesaikan beberapa puisi yang ditulisnya. Namun kembali ia terkejut karena puisi-puisinya tersebut sudah selesai dan menjadi puisi-puisi yang indah. Darto juga heran karena puisi-puisi indah tersebut bukan merupakan gaya penulisannya. Gaya penulisannya mirip gaya seorang penyair terkenal yang sudah lama meninggal.

Darto tak mau berpikir panjang dan langsung mengirimkan lewat surat elektronik (email) ke beberapa redaksi sastra surat kabar dan majalah. Dalam satu hari beberapa puisi tersebut langusng diterima dan diberikan honor. Honor tersebut cukup untuk membayar biaya opname anaknya di rumah sakit.

Karena masih penasaran dengan puisi yang ia tulis yang bisa selesai sendiri yang ia curigai mungkin ditulis oleh arwah penyair terkenal yang sudah meninggal, Darto pergi ke perpustakaan untuk membaca beberapa biografi dari sang penyair. Dalam biografi itu salah satunya tertulis bahwa penyair itu merupakan penyair idealis yang menjaga mutu puisinya sangat tinggi. Akibatnya sang penyair membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan sebuah puisi. Akibatnya tak banyak puisi yang berhasil ditulisnya sehingga honor menulis yang diterimanya pun relatif sedikit. Dikisahkan juga akibat hal tersebut maka anak tunggalnya meninggal karena sakit yang tak sempat diobati secara serius karena sang penyair tak punya cukup uang.

Kini Darto yakin memang arwah sang penyairlah yang menyelesaikan puisi-puisinya karena empati terhadapnya karena sang penyair pernah mengalami kehilangan anak tunggalnya sebab tak punya cukup uang untuk mengobati anak tunggalnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun