Museum yang berisi benda-benda yang digunakan dan mengingatkan akan perjuangan kemerdekaan  itu selalu ramai dikunjungi oleh banyak orang.
Di tempat itu tersimpan berbagai senjata tradisional maupun modern yang digunakan untuk melawan penjajah. Ada bambu runcing, rencong dari Aceh, golok, pedang, belati, dan senapan kuno yang sederhana dalam berbagai merk.
Di dalam museum itu ada berbagai benda kuno seperti topi baja, tempat minum dari logam, bendera merah putih yang sudah kusam warnanya, dan juga baju tentara dari berbagai kesatuan tentara waktu itu.
Pada suatu waktu sore hari menjelang museum itu tutup, ada sekelompok  pengunjung yang masih remaja berteriak-teriak histeris. Sebabnya adalah karena mereka semua melihat darah segar yang mengucur dari sebuah bendera merah putih yang sudah kusam. Beberapa di antara pengunjung remaja itu bahkan pingsan karena ketakutan dan sebagian lagi lari tunggang langgang.
Penjaga museum, setelah keadaan tenang, mulai menanyai satu per satu para pengunjung remaja itu yang tak lain adalahpelajar dari sebuah SLTA dari luar kota yang kebetulan mengadakan study tour ke kota tersebut. Dari beberapa jawaban yang muncul dari para pelajar itu terungkap bahwa ketika melihat bendera merah putih itu banyak yang bergurau dengan berpura-pura hormat tetapi dengan sikap melecehkan. Mereka mengatakan bahwa hal serupa sering dilakukan dalam upacara bendera di sekolahnya dan tidak terjadi apa-apa.
Mendengar cerita itu, sang penjaga museum tahu apa penyebab bendera merah putih yang tersimpan di sana mengeluarkan darah segar. Tampaknya arwah para pejuang ingin menyampaikan pesan kepada para pelajar itu bahwa jangan bermain-main dan sembrono dengan bendera merah putih karena untuk bisa mengibarkan bendera merah putih memang dibutuhkan perjuangan yang berat bahkan harus ditebus dengan darah dan nyawa.
Penjaga museum itu menyampaikan kepada para pelajar untuk mulai saat itu harus hormat pada bendera merah putih. Bukan hormat pada benderanya sebagai benda mati tetapi pada bendera merah putih sebagai lambang kedaulatan negara RI yang ditebus dengan darah dan nyawa para pahlawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H