Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tips Mengatasi Kecemasan Berlebihan Akan Hari Esok

29 Juli 2022   23:10 Diperbarui: 29 Juli 2022   23:11 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pexels.com

Apa yang akan terjadi di hari esok atau masa depan tak akan ada seorangpun yang tahu. Mungkin ada beberapa orang yang punya bakat untuk mengetahui hari esok, tapi itu sangat sedikit dan banyak yang mengatakan bahwa kebanyakan peramal juga berspekulasi dengan ramalannya.

Karena hari esok sangat tidak pasti maka banyak orang yang cemas untuk mebghadapi hari esok. Kecemasan itu sangat manusiawi dan wajar jika kadarnya normal. Akan tetapi ada beberapa orang yang mengalami kecemasan berlebihan terhadap hari esok dengan berbagai dampak negatif seperti: tak dapat tidur, pusing, tak bis konsentrasi dalam bekerja, dan dampak negatif yang lain.

Ada beberapa tips untuk mengatasi kecemasan berlebihan terhadap hari esok.

Pertama, yakinlah bahwa jika kita sudah berusaha bekerja dan menjalani segala sesuatu dengan baik maka hasilnyapun akan baik. Ada pepatah yang mengatakan hasil tidak akan mengkhianati usaha.

Kedua, banyaklah berdoa kepada Tuhan. Bagaimanapun doa sangat membantu mengatasi berbagai masalah dalam hidup. Percayalah Tuhan akan selalu mendampingi umatNya yang berseru meminta pertolongan. Tuhan tak pernah meninggalkan kita dalam menjalani kehidupan ini.

Ketiga, bicaralah dengan orang terdekat yang dapat dipercaya. Secara psikologis jika seseorang mengatakan masalahnya termasuk kecemasannya maka separuh dari masalah dan kecemasan itu sudah berkurang.

Keempat, beristirahat yang cukup, berolahraga yang cukup, serta banyak menyalurkan hobi sehingga waktu dilalui dengan menyenangkan.

Keempat, jika kecemasan berlebih tersebut belum juga hilang maka ada baiknya berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun