Sang lelaki di ujung usianya akhirnya menyadari sang waktu tak bisa dikendalikannya
Ternyata waktu bukanlah barang dagangan yang bisa ditawar seenaknya.
Tak bisa ditawar untuk berhenti satu detik saja
Atau untuk maju satu detik saja melewatkan peristiwa yang tak dikehendakinya
Waktu juga bukan cinta abadi yang rela menunggu kekasih lama telat dari perjanjiannya.
Juga
Yang sudi disuap atau dibeli seperti ketika kekasihnya marah dan dibelikannya coklat hingga kembali tertawa
Waktu pun pula bergerak senyap tanpa suara dan tanpa aba-aba
Hingga tiba-tiba sang lelaki sudah berada di usia senja yang tak lagi muda
Dan ia merasa belum berbuat apa-apa yang berguna
Ia ingin menuliskan semuanya itu dalam sebuah puisi yang sederhana
Untuk mengingatkan orang muda yang membacanya
Supaya jangan melakukan apa yang dia lakukan sehingga hidup menjadi sia-sia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H