Ade Armando saat mahasiswa demonstrasi
Ngeri, muak, dan marah jadi satu ketika mendengar dan melihat penganiayaan padaAda berbagai kontradiksi yang mengiris-iris hati dan nurani.
Katanya demonstrasi wujud demokrasi untuk mengemukkan pendapat berbeda dan saking menghargai.
Tetapi mengapa kepada yang berbeda justru dianiaya dengan penuh anarkhi?
Katanya demo dimotori oleh mahasiswa sang calon intelektual yang pikiran lebih dihargai dari otot di tangan dan kaki
Tapi mengapa kenyataan otot ternyata lebih mengemuka  daripada saling toleransi dan menghargai?
Katanya mahasiswa dan para pendemo itu sudah mengantongi bukti-bukti sehingga tuntutannya adalah sesuatu yang nyata dalam aksi
Kenyataannya banyak fiksi , semisal: penundaan pemilu yang tak terbukti, masa jabatan tiga periode yang baru wacana dan diskusi, dan kenaikan harga BBM yang memang harus karena situasi dan tak ada pilihan yang lebih mumpuni.
Mungkin ada yang mengatakan itu bukan kami
Kami ditunggangi
Lagi-lagi sebagai insan intelektual hal ini bisa dipikirkan lebih matang sebelum demonstrasi sehingga bisa diantisipasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H