Bagai kapal tanpa nakhoda.
Itulah hidup sang gadis belia sejak ditinggalkan kedua orangtua
Kedua orangtua tiada karena corona dan mereka lalai karena menganggap pandemi telah tiada
Lalu hidup sang gadis terombang-ambing di samudera kehidupan yang tak kenal ampun pada siapa saja
Tak juga ditemukannya pria yang mau jadi nakhoda dan imam bagi hidupnya
Semua lelaki hanya ingin manisnya madu yang dijajakan sang gadis yang masudnya ingin mendapatkan cinta
Tapi tak ada lelaki yang setelah menghisap madunya lalu menawarkan cinta yang membuatnya bahagia selamanya
Sang gadis masih menunggu dengan setia bilamana ada pria yang sejati yang memberinya sedikit waktu saja untuk bahagia
Tak banyak sebenarnya waktu bahagia yang diminta sang gadis, sebab toh hidupnya tak akan lama juga
Hidupnya tak akan lama karena sebuah penyakit rahasia
Sang kala terus berjalan, dan sang dais terus menghiung sisa waktunya, entah sampai kapan harapannya akan tercipta
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI