Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sang Merpati yang Pulang untuk Abadi

5 Februari 2022   21:54 Diperbarui: 5 Februari 2022   22:06 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang lelaki akhirnya mengalah melepas sang merpati pergi. Memang sudah kodrati jika burung merpati itu pergi lepas bebas sesuka hati.

Pada awal mula ditemukan oleh sang lelaki, sang merpati masih bayi.
Ia ditinggal oleh sang induk yang tak mau mengurusnya lagi.
Lalu diuruslah dia oleh sang lelaki.
Diobatinya luka-lukanya dan diberi makan setiap hari.
Juga dibuatkanlah sangkar yang indah bagai emas murni.

Namun seiring berjalannya waktu, sang merpati mulai menyadari.
Menyadari jati diri.
Jati diri sebagai burung merpati dewasa yang mesti ke luar dan mencari makan serta kekasih hati
Ia mulai merengek, merayu sang lelaki agar dibebaskan dari kungkungan sarang meski indah bestari
Karena kasihan sang lelaki merelakan sang merpati pergi.

Purnama berganti purnama, hari berganti hari
Lama sang merpati tak pernah kembali lagi
Sang lelaki lega karena berarti sang merpati memang sudah bebas lepas, bahagia setengah mati.
Mungkin ia juga sudah menemukan  kekasih hati.

Sampai tiba suatu pagi ia mendengar suara kepak sayap yang sangat ia kenali.
Ya sang merpati ternyata pulang menghampiri.
Diukalah pintu dan jendela oleh sang lelaki.
Ternyata memang sang merpati pulang, tetapi dengan kedua sayap yang terluka parah sekali.
Mungkin ia kena tembak seorang pemburu yang kejam hati.
Sang merpati hanya diam menahan sakit dan matanya mengeluarkan airmata seolah hendak mengungkapkan selamat tinggal untuk terakhir kali.
Dan benarlah setelah dipegang sang lelaki, merpati itu pergi abadi.
Rupanya seperti manusia, ia ingin pergi ke keabadian dari tempat  asal rumahnya di mana dulu ia pernah dirawat, dibesarkan, dan merasa nyaman sampai ia memutuskan pergi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun