pembuat tikar pandan di desa itu mengeluh tentang tak ada lagi pekerjaan bagi mereka.
ParaMaklum sekarang orang-orang lebih senang memakai tikar plastik buatan pabrik di kota. Lebih murah dan lebih awet katanya
Lalu ada usul dari para pengamat ekonomi supaya mereka berganti membuat kerajinan dengan bahan yang sama. Tapi itu bukan jalan keluar juga. Sebab membuat kerajinan butuh ketrampilan yang tak mudah dipelajari juga. Maklum kebanakan para perajin itu orang sederhana yang pendidikannya tak tinggi pula.
Lagipula sudah banyak barang kerajinan yang membanjiri pasar kriya. Katanya sih sebagian besar impor dari negara tetangga.
Lalu harus bagaimana? Mereka semua kini bertanya. Tapi tak tahu apa dan kapan jawabannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H