Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hati-hati Menyinggung Masalah Ras dalam Berpolitik di Indonesia

25 Januari 2022   23:15 Diperbarui: 25 Januari 2022   23:22 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jagad politik dan pemerintahan di Indonesia saat ini tengah ramai memperbincangkan pernyataan Edy Mulyadi- juru bicara PKS yang kemudian dibantah oleh PKS bahwa Edy berbicara atas nama pribadi-  yang dianggap menghina penduduk dan ras Dayak di Kalimantan. Edy memang sudah minta maaf tetapi tampaknya masyarakat adat Kalimantan menganggap bahwa permintaan maaf Edy tidak tulus. Ia meminta maaf tetapi dengan membela diri. Kasus ini tampaknya belum akan selesaai dalam waktu dekat.

Sebelumnya, politikus PDIP Arteria Dahlan juga kesandung kasus masalah ras. Ia meminta Jaksa Agung memecat Kajati yang menggunakan bahasa sunda saat rapat. Masyarakat Sunda tersinggung dengan hal ini. Arteria Dahlan kemudian memang memintaa maaf dan kasusnya reda.

Para politikus tampaknya harus berbicara sangat hati-hati menyangkut masalaah suku dan ras di Indonesia. Jika tidak maka hal itu akan merugikan dirinya dan juga partainya. Salah satu contoh yang menarik dalam hal ini adalah Kasus Prabowo Subianto di Pilpres lalu. Waktu itu Pasangan Prabowo-Sandy maju bersaing dengan Pasaangan Jokowi-Maaruf. Prabowo waktu itu  sebenarnya hendak mengatakan soal kemiskinan dan ketimpaangan. 

Bahwa Jakarta sangat maju dan modern sementara banyak daerah di Indonesia masih tertinggal. lalu Prabowo menyebut "tampang Boyolali" yang dikatakannya menyebut nama Hotel-hotel di Jakarta akan kesulitan, apalagi kalau mau menginap di sana nanti pasti akan ditolak. Lalu ributlah jagad politik Indonesia waktu itu. Prabowo dianggap menghina masyarakat Boyolali. Hasilnya ketika hari pemungutan suara, ada 25 TPS di Boyolali yang suara Prabowo-Sandy nol.

Dari tiga kasus tersebut maka selayaknya para politikus di Indonesia harus hati-hati berbicara menyinggung masalah suku dan ras di Indonesia. Di satu sisi, masyarakat Indonesia sangat majemuk dalam suku, ras, agama, dan aliran. Di sisi yang lain masyarakat juga makin terdidik yang bisa membedakan mana kritik, mana hinaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun