Tukang bangunan itu sedang memikirkan ironi. Ironi yang membelit diri.
Ia bangun rumah mewah sudah beratus kali. Tapi rumah sederhana sekalipun ia tak mempunyai.
Dulu ada rumah subsidi. Tapi kini rumah subsidi makin sulit didapati. Ada aturan bagi pengembang untuk membangun rumah mewah, sedang dan sederhana sesuai perbandingan yang ditentukan peraturan tapi tak pernah ditepati.
Resiko pekerjaan yang tinggi seperti jatuh dari tempat tinggi atau kejatuhan material maupun yang lain tak dilindungi asuransi.
Mungkin ini yang disebut sistem ekonomi yang mengeksploitasi. Mereka-mereka yang berada di kelas atau tempat yang tinggi yang menikmati pula pendapatan tinggi. Sementara mereka di kelas rendah harus berpuas diri dengan pendapatan yang cukup untuk makan sehari, barangkali.
Padahal cita-cita mulia para pendiri republik ini menciptakan suatu sistem ekonomi berkeadilan sosial dan saling meolong dan tidak saling menindas serta mengeksploitasi. Maka jangan heran sebagian masyarakat masih menanti dan percaya akan mitos tentang kedatangan Sang Ratu Adil yang akan mewujudkan keadilan terutama di bidang ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H