Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ironi Tukang Bangunan

14 Januari 2022   22:26 Diperbarui: 14 Januari 2022   22:37 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Tukang bangunan itu sedang memikirkan ironi. Ironi yang membelit diri.

Ia bangun rumah mewah sudah beratus kali. Tapi rumah sederhana sekalipun ia tak mempunyai.

Dulu ada rumah subsidi. Tapi kini rumah subsidi makin sulit didapati. Ada aturan bagi pengembang untuk membangun rumah mewah, sedang dan sederhana sesuai perbandingan yang ditentukan peraturan tapi tak pernah ditepati.

Resiko pekerjaan yang tinggi seperti jatuh dari tempat tinggi atau kejatuhan material maupun yang lain tak dilindungi asuransi.

Mungkin ini yang disebut sistem ekonomi yang mengeksploitasi. Mereka-mereka yang berada di kelas atau tempat yang tinggi yang menikmati pula pendapatan tinggi. Sementara mereka di kelas rendah harus berpuas diri dengan pendapatan yang cukup untuk makan sehari, barangkali.

Padahal cita-cita mulia para pendiri republik ini menciptakan suatu sistem ekonomi berkeadilan sosial dan saling meolong dan tidak saling menindas serta mengeksploitasi. Maka jangan heran sebagian masyarakat masih menanti dan percaya akan mitos tentang kedatangan Sang Ratu Adil yang akan mewujudkan keadilan terutama di bidang ekonomi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun