Sang gadis begitu berharap untuk segera menuntaskan cintanya pada sang pemuda. Ia sangat tergesa-gesa.
Alasannya sederhana, bak bunga wijayakusuma, harum dan mekarnya hanya sementara dan sebentar saja.
Tapi sang pemuda masih ingin bebas merdeka. Tak mau diikat dengan ikatan yang membatasi geraknya.
Sang gadis kecewa. Lalu ditinggalkannya sang pemuda. Ia mencari kumbang yang lain yang mau mempersuntingnya. Tapi cinta ternyata tak bisa dipaksa datangnya. Meski sang gadis yang bagai sang bunga wijaya kusuma sudah mekar dan menebar wanginya tak ada kumbang yang mau hinggap dan mengisap madunya. Mungkin sang kumbang juga takut bahwa wangi dan mekarnya sang wijayaa kusuma hanya sementara dan madunyapun akan segera habis paripurna.
Kini tinggallah sang wijaya kusuma yang merana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H