sederhana. Konon juga mereka dijodohkan orangtua.
Sepasang pengantin muda datang ke sebuah desa. Di sana mereka berjumpa pasangan kakek-nenek yang sudah lama berrumahtangga. Dari para tetangga mereka mendengar cerita kakek-nenek itu hidup bahagia. Tak pernah sekalipun terdengar ada pertengkaran di antara mereka meski hidupnya sangatSang pengatin muda lalu meminta nasehat rahasia bahagia sampai tua. Sang kakek menjawab bahwa rahasia cinta dan istrinya sederhana saja. Mereka berdua saling menerima apa adanya. Seperti samudera yang menerima aliran sungai dari manapun datangnya, entah sungai yang jernih atau yang keruh airnya. Juga seperti bumi yang diam saja ketika matahari mengirimkan panas teriknya atau awan yang mengguyur dengan hujan lebatnya.
Tentang rejeki sang kakek mengatakan bahwa ia sungguh percaya bahwa Tuhan sudah mengaturnya. Bak burung-burung di udara yang bebas berterbangan, tidak menanam tetapi bisa makan sepuasnya. Juga bagai bunga yang bermekaran begitu indahnya meski mereka tak memberi warna pada mahkotanya.
Kemudian sang nenek menambahkan tentang kedudukannya. Sebagai wanita dan ibu rumahtangga ia sadar sepenuhnya akan hak dan kewajibannya. Ia lebih memilih menjalankan kewajibannya dengan sepenuh hatinya. Ia tak teracuni dengan pikiraan tentang emansipasi wanita yang terlalu dilebih-lebihkan hingga mengaburkan peran wanita sebagai ibu rumahtangga.
Sang pengantin muda berterima kasih atas nasehat yang diterimanya. Mereka berharap bisa menerapkannya pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H