Sang gadis belia bersikeras melupakan masa lalunya. Masa lalu yang penuh kebodohan ketika dia menyerahkan diri sepenuhnya kepada seorang pria yang dicintainya. Dia mengira si pria adalah pelabuhan terakhirnya. Seorang pria yang dia kira memang tulus ingin membahagiakannya.
Tak tahunya sang jejaka adalah pembohong ulung yang hanya ingin memgambil sesuatu yang berharga darinya. Lelaki itu bak musang yang berbulu domba.
Kini memang penyesalan yang dirasa sang gadis atas kebodohan dan keputusan salahnya di masa lalunya. Tapi ia merasa tak bijaksana jika seeperti itu terus sikapnya. Tiap manusia memang punya masa lalu yang tak jarang kelam warnanya. Dan membawa penyesalan serta kelam masa lalunya hanya menjadi beban yang mengurung masa depannya. Ibarat membawa sampah dengan bau busuk dan sumber penyakit ke mana-mana hingga bisa metusak diri dan sesamanya.
Maka sang gadis akhirnya memtuskan mengunci rapat-rapat masa lalunya. Dibukanya pintu masa depan yang lebih bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H