Sang gadis  telah melanggar aturan doa. Doa mestinya tentang yang baik-baik saja. Tetapi gadis itu berdoa yang sebaliknya.
Ia berdoa agar lelaki idamannya terlepas dari nyaman yang diberikan oleh seorang gadis yang bukan dirinya. Agar sang lelaki merenggang dari peluk cium mesra perempuan yang merupakan tandingannya.
Sang gadis sebenarnya menyadari sepenuhnya sebab-sebab perginya sang lelaki darinya. Sang gadis  sangat posesif dengan cintanya. Maka ibarat memegang sabun basah, ia memegang cinta sang lelaki pilihannya. Terlalu erat ia pegang maka cinta sang lelaki bagai sabun basah itu justru  lepas darinya.
Untuk menyatakan besarnya cinta, sang gadis senantiasa membungkus cemburu dengan amarahnya. Tapi itu bagaikan bumerang yang setelah dilemparkan kembali kepadanya sebagai pelemparnya. Merobek hati dan perasaan dan meinggalkan luka-luka.
Sang gadis kini hanya mengharapkan doanya yang mungkin melanggar aturan dan salah agar mewujud nyata. Tetapi ia juga sadar bahwa tak ada doa yang tak baik yang dikabulkan  Yang Kuasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H