Sang ibu telah lama meminta pada anak gadisnya supaya lekas menikah dengan seorang pria yang dikasihinya. Sang bunda merasa bahwa anak gadisnya berhak bahagia. Sang bunda juga merasa ia sudah tua dan tak lama lagi akan purna dari dunia. Jika ia tak ada lagi nanti siapa yang akan menjaga anak gadisnya?
Tapi sang gadis tetap tak menanggapinya. Ia terlanjur menderita Gamophobia. Sebuah phobia takut untuk menikah, padahal menikah mestinya membuat bahagia. Trauma melihat kehidupan sang bunda di masa silamlah yang menyebabkan sang gadis menutup pintu hatinya untuk setiap pria yang datang menghampirinya. Kekejaman ayahnya tehadap ibunya dan berakhir dengan perpisahan antara ayah dan ibunya menggoreskan luka yang teramat dalam di hatinya.
Sang bunda dengan penuh cinta berkali menasehati anak gadisnya. Bahwa tak semua lelaki seperti ayahnya. Justru ayahnyalah yang merupakan pengecualian luar biasa dari sederet lelaki yang ada di dunia.
Meskipun nasehat-nasehat ibunya didengarkannya, tapi tetap saja begitu teguh pndiriannya. Menurut pendapatnya hidup bahagia tak harus berumahtangga.Â
Tapi tidak tahu jika nanti sang bunda telah tiada
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H