Sang lelaki sedang merenung dan memaknai arti kehidupan baginya
Kesimpulannya, kehidupan bagi sang lelaki ibarat pasangan hidupnya
Kehidupan melamar sang lelaki saat sang lelaki masih berupa jiwa di surga. Maharnya adalah nyawa. Lalu lahirlah sang lelaki ke dunia.
Awal di dunia tak enak maka ketika lahir sang lelaki menangis sejadi-jadinya.
Tapi kemudian ketika masih enak-enaknya menikmati indahnya dunia, bisa saja kehidupan menceraikan sehingga kematian yang ganti memeluk sang lelaki kembali ke alam baka.
Sebagai pasangan kadang kehidupan membuat bahagia tetapi kadang menerbitkan duka. Sering pula sang lelaki merasa kehidupanlah yang memanfaatkannya.
Lalu sering dalam susah sengsara dan duka yang mendalam, justru sang lelaki ingin berpisah dari kehidupan dan dilamar kematian yang akan menyelematkannya. Tapi ia sadar soal kehidupan dan kematian hanya Tuhan yang menentukannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H