Sang lelaki heran saja mengapa masih ada ramalan cuaca. Padahal banyak melesetnya daripada tepatnyaÂ
Sering dikatakan besuk hujan tapi nyatanya panas tak terperikan jadinya.Â
Iklim memang sudah berubah dan manusialah penyebabnya. Hutan ditebangi lalu lapisan ozon berlubang dan jadilah rusak semuanya.Â
Industri manufaktur yang didirikan secara masif yang katanya untuk kesejahteraan, Â nyatanya polusi ujungnya. Karbon teremisi berlebihan dan lagi ujungnya pada perubahan iklim juga.Â
Tapi bagi sang lelaki apapun iklim dan cuacanya serta berubah atau tidak, Â satu yang tetap baginya yaitu kecintaan pada bumi dan penghuninya. Â Bahkan kecintaannya pada bumi dan penghuninya dengan ikut merawatnya sama besar dengan cintanya pada seorang gadis yang kini jadi pendampingnya.Â
Ia dan gadisnya bertindak sederhana saja. Menanam tanaman di halaman rumah mereka . Memakai kembali botol plastik bekas  minuman tuk hiasan dan pot tanaman bunga. Tak lupa pula membawa sendiri tas untuk belanja supaya jangan ada sampah plastik di mana -mana. Untuk Net Zero Emission, itulah langkah sederhana darinya dan gadis pendampingnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H