Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gadis yang Mencintai Gerimis

4 Oktober 2021   23:21 Diperbarui: 4 Oktober 2021   23:31 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Gadis itu sangat mencintai gerimis.  

Tiap mendung datang ia selalu berharap hal itu akan diikuti dengan gerimis ataupun hujan tipis-tipis. Dan ketika itu terjadi ia akan keluar rumahnya untuk menikmatinya seperti seorang pembaca prosa liris.

Alasannya sederhana saja agar airmata tangisnya tersamar oleh rintik gerimis. Ia ungkapkan itu untuk mengurangi luka di hatinya yang teriris-iris.

Luka yang sangat perih dari masa lalu yang awalnya tak diketahuinya secara persis. Awalnya ia hanya tahu sejak bayi berada di panti asuhan dengan alasan kedua orangtuanya telah pergi selamanya karena kecelakaan yang tragis. Ia menerima penjelasan itu hingga setiap malam ia berdoa untuk kedamaian arwah kedua orangtuanya itu sambil menangis.

Sampai kemudian ia bisa melepas kesedihannya, menjadi mandiri, dan jadi gadis dewasa yang manis. Sampai kemudian ia mendengar cerita sesungguhnya tentang dirinya yang tak kalah mengiris. Ibunya sebenarnya masih ada dan terpaksa menyerahkan dirinya di panti asuhan karena malu dan merasa tak mampu membesarkan sang gadis. Ayahnya juga masih ada dan juga entah ke mana karena merupakan tipe pria pengecut yang hanya au mengambil dari ibunya yang manis-manis.

Sejak saat itu luka hati yang telah menutup kembali mendera sang gadis. Ia selalu menangis. Tapi itu ditahannya dan hanya ia keluarkan tangisnya bersama rintik gerimis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun