lelaki itu tak berani menasehati.
Kepada setiap yang datang,Ia berdalih bahwa menasehati mempunyai asumsi yang menasehati lebih tinggi dari yang dinasehati. Lebih tinggi dalam hal akal, budi pekerti, dan juga mungkin materi. Sementara ia merasa tak mempunyai segalanya itu pada diri.
Maka kepada setiap yang datang ia terlebih dahulu mengatakan bahwa apa yang dikatakannya bukanlah nasehat tetapi pengalaman diri. Boleh dipakai dan boleh tidak sama sekali. Itupun sambil ia wanti-wanti jika pengalaman dirinya tak akan sama persis dengan apa yang dialami yang datang minta dinasehati.
Tetapi herannya dengan perilakunya yang rendah hati tidak membuat yang datang terkurangi. Malah makin banyak saja dari hari ke hari.
Sebabnya mungkin orang lebih suka kepada pemberi teladan yang sama antara kata dan perbuatan dibanding seorang guru yang mungkin bisanya hanya menasehati tapi tak bisa melakoni.