Sang gadis menangis.
Tengah malam itu gerimis rintik dan tiris.
Ini bukan soal kesedihan sentimental cinta yang romantis.
Ini soal kehidupannya yang kian miris. Ia terpaksa ditinggal dua orangtua karena corona yang bengis. Padahal di bahu keduanya ia menggantungkan masa depan yang manis. Tapi itu kini hilang bagai dibawa terbang burung belibis. Sedangkan ia sendiri belum cukup bekal dan dewasa tuk menghadapi hidup dengan optimis.
Sempat terpikir ia ingin mengakhiri semuanya dengan nadi yang akan ia iris. Tapi tak jadi ia mengakhiri hidup dengan tragis. Akhirnya diputuskannya untuk terus menangis. Â Sang bunda dan ayahandanya hanaya bisa ikut menangis sambil memohonkan kepada Tuhan yang kini lebih dekat kepada mereka supaya puterinya dicarikan jalan yang manis.
Kelihatannya Tuhan berkenan kepada permintaan kedua orangtua itu sebagai karma karena selama di dunia terus berbuat baik dan melawan kejahatan iblis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H