Ini kisah di suatu negara antah berantah di suatu masa.
Alkisah ada sebuah keluarga dari seorang penguasa. Anak-anak keluarga itu suka berhutang yaag banyak jumlahnya. Sang ibunda sebenarnya sudah menasehati anak-anaknya supaya jangan berhutang yang besar angkanya. Lebih-lebih berhutang dari uang negara yang tak lain adalah uang rakyat dari pajak yang dibayar dari hasil kerja . Hidup itu sederhana saja, meski mereka anak orang yang berkuasa. Tak perlu gengsi karena sebenarnya orang tak dinilai dari penampilannya.
Tetapi kata anak-anaknya hidup di dunia kan hanya sekali, jadi harus dinikmati sepuas-puasnya. Apalagi ayah mereka adalah orang yang berkuasa. Harus dijaga kehormatan keluarga serta juga tak akan ada yang berani menagih hutang mereka. Sang ibu tetap menasehati mereka bahwa kekuasaan ayahnya tak abadi selamanya. Umur juga yang paling jelas sebagai pembatasnya. Juga ada kemungkinan ayah mereka tak dipilih kembali untuk berkuasa. Anaknya tetap tak mentaati nasehat ibunya.
Dan benarlah ketika ayah mereka tiada, demikian pula sang ibunda ,anak-anak mulai menuai pil pahit dari perilaku mereka yang suka berhutang sebanyak-banyaknya. Tak ada yang membela mereka lagi atas perilaku mereka. Hutang-hutang mereka kini ditagih negara. Kini yang dihadapi kemungkinan hanya dua yaitu penjara atau menjadi miskin karena harta tak lagi ada.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI