Lelaki itu memang sudah berniat membakar sebuah  penjara sejak semula
Padaa malam yang ditentukannya, ia mengendap-endap mendekati pintu penjaga.
Di tangannya sudah ada korek api yang siap menyala.
Dan benarnlah api itu mulai menjalar menghanguskan kamar-kamar yang ada. Bukan kamar sebenarnya tetapi kamar  di hati dan pikirannya.
Kamar pertama berisi dendam membara pada orang yang merebut kekasihnya.
Kamar kedu berisi amarah pada orang yang mem PHK nya dari pekerjaan yang digelutinya.
Kamar ketiga, berisi sumpah serapahnya pada Tuhan yang ia anggap tak adil kepadanya.
Kamar keempat berisi ketakpedulian pada sesama. Lebih-lebih di masa corona, yang wajibnya ia mesti menyisihkan sebagian harta untuk sesama yang menderita. Dan itu tak dilakukannya.
Kamr kelima atau terakhir berisi segala yang hina dan jahat yang pernah dilakukannya.
Setelah semua kamar peenjara hangus terbakar dan tak tampak wujudnya, si lelaki bersujud, menitikkan airmata, dan merasa lega dan bahagia.
Ia lalu membangun niat akan membangun kembali kamar-kamar tetapi bukan kamar-kamar penjara melainkan kamar-kamar niat baik di masa mendatang di sisa hidupnya.