Lelaki itu baru sadar sekarang sudah bulan September yang tiba. Ia terlambat menyambutnya.
Dengan tergopoh disambutnya bulan yang kata banyak orang menebarkan semangat dan ceria.
Harapan banyak digantungkannya di bulan kesembilan dalam kalender surya.
Dicukurnya jenggot dan rambutnya. Tampak rapi dan segar di mata. Dibuangnya onggokan  sampah di sudut kamarnya yang berisi kertas-kertas bertuliskan puisi yang ia merasa tak ada gunanya karena tak akan ada redaksi yang mau memuatnya.
Dibukanya jendela kamarnya. Sinar sang surya masuk menghangatkan suasana. Diisinya vas bunga dengan bunga mawar dan seroja.
Lalu disambutnya teman-temannya yang mengajaknya bersepeda gembira. Tentu dengan protokol kesehatan karena masih ada corona. Sebab katanya dalam badan yang sehat akan terdapat jiwa yang gembira dan sehat pula. Sudah lama ia tak menanggapi ajakan para sahabatnya untuk bersepeda dan berolahraga.
Semoga september memang membawa ceria dan gembira bagi sang pria.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H