Lelaki itu mematikan lampu, televisi dan pompa air di akuarium di kamarnya. Ia ingin malam murni tanpa bunyi apapun yang menganggunya.
Ia hanya ingin ditemani bulan sang sumber cahaya di malam buta. Juga kerlip bintang bertaburan di angkasa. Serta kunang-kunang dari persawahan di dekat rumahnya.
Inilah saatnya memurnikan malam serta diri dan menyatukan raga dengan semesta.
Selama ini berbagai ciptaan manusia dirasakannya amat menganggu nurani dan pikirannya. Ia ingin melepaskan semuanya.
Tapi tak urung ada bayang-bayang yang tak bisa dilepaskannya. Bayangan gadis pujaan yang terus hinggap di hati dan pikirannya. Gadis itu memang terlebih dahulu pergi selamanya. Namun cinta sang gadis terus menghujam ulu hati sang lelaki tanpa bisa lena.
Namun lelaki itu menyadarinya. Cinta ini bukan buatan manusia yang menyesatkannya. Ia anugerah Tuhan yang Maha Kuasa. Maka yang bisa dilakukannya adalah berdoa semoga Yang Kuasa mengirimkan seorang gadis pengganti untuk mendampingi di akhir sisa hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H