Lelaki itu kini menyesal telah memutus cintanya.
Ia merasa sang gadis pujaan sempurna bak perangkat alam semesta. Bagi sebagian manusia itu tak terasa kehadirannya tetapi sebenarnya amat bermakna.
Sang gadis bagai udara. Tiap saat ada tapi tak pernah ia merasa hormat pada kehadirannya. Kini ketika tak ada terasa sesak di dada.
Sag gadis juga bagai hujan yang tiba. Terasa dingin sampai menusuk ke tulang dan nyeri terasa. Tetapi kini ketika tiada, sang lelaki baagai kehausan di tengah terik matahari dan panas yang luar biasa.
Sang gadis juga bagai matahari di tengah angkasa. Ketika ada panasnya membakar kulit dan rupa. Tetapi ketika tak hadir menyapa, sang lelaki menggigil kedinginan bagai tidur telanjang tanpa selimut yang menghangatkan tubuhnya.
Atau pula sang gadis bagai rembulan di tengah malam suasana. Ketika mengangkasa, faedahnya serasa tak ada karena banyak bintang dengan sinar yang sama. Tetapi ketika kini sang gadis tak ada, lelaki itu bagai berjalan di gelap gulta. Tak jelas benar ke mana arah perginya.
Maka kini ia berdoa agar sang gadis kembali ke sampingnya dan memaafkan kesalahannya