Mohon tunggu...
Dr. Nugroho SBM  MSi
Dr. Nugroho SBM MSi Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka menulis apa saja

Saya Pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seorang Anak dan Sepasang Pusara

12 Agustus 2021   13:46 Diperbarui: 12 Agustus 2021   13:57 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pxfuel.com

Anak lelaki itu tepekur, terdiam, dan meneteskan air mata di depan sepasang pusara. Tanah di pusara itu masih basah dan masih ada taburan bunga di atasnya. Ya, itu adalah sepasang pusara dari ayah dan bundanya. Terengut nyawa karena corona.

Kini di depan sang bocah hanya tergambar panorama masa depan yang sepenuhnya gelap gulita. Tentang pendidikan, makan, pakaian, tempat tinggal, dan lainnya yang tak terjamin semuanya.

Tapi hidup kan terus harus dijalankan.

Lalu tiba-tiba ada serombongan burung terbang di atasnya. Sang bocah berpikir sejenak dan ia lega hati karena burung-burung itupun tanpa sarang, tanpa ada yang memelihara, tanpa ada yang memberi makan, tapi bisa hidup juga. Sebab Tuhan yang Maha Esa pasti tak akan membiarkan ciptaanNya tak terurus hidupnya.

Di tengah perjalanan ia pun melihat bunga-bunga liar di tepi jalan yang mekar meski tak pernah disiram dan dipupuk oleh seseorang. Sama dengan burung-burung liar di udara pula.

Sang bocah berharap semoga Tuhanpun bermurah hati kepadanya seperti kepada burung-burung di udara dan bunga-bunga liar di tepi jalan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun