Lelaki itu dulu ikut berjuang dalam perang kemerdekaan.
Kini ia tinggal kesepian di sebuah gubug reot tua. Tanpa pendamping dan putera. Itu karena waktu berjuang dulu ia tak ingin seorangpun berduka jika ia terluka atau gugur di medan laga.
Dulu perawakannya gagah tetapi kini berjalanpun susah.
Tombak berlumur darah yang ada di pojok ruangan itu tak lagi dijadikannya senjata. Itu sudah jadi kenangan akan heroisme jaman dahulu kala.
Seragam militer yang dulu dengan bangga dikenakannya, kini juga sudah berada di lemari yang mulai rapuh dimakan rayap.
Pada awal-awal kemerdekaan, ia banyak disanjung dan diberi hormat. Namun kini tak seorangpun peduli pada nasibnya.
Kalau dulu ia gigih berjuang untuk memerdekakan bangsanya, kini harus berjuang untuk memerdekakan dirinya sendiri. Memerdekakan dari kemiskinan dan kesengsaraan yang menderanya.
Ia hanya berharap pada kedermawanan seseorang  yang mungkin suatu saat akan datang menghampirinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI